Jangan jadi pembunuh, STOP
diskriminasi ODHA Kediri!
“Apa itu kebahagiaan? Lama sekali saya tidak
merasakannya. Atau mungkin saja syaraf kebahagiaan saya sudah lumpuh.” Cerita
salah seorang pasien ODHA disalah satu rumah sakit ternama di kota Kediri saat saya
menjenguknya. Pandangan saya menatap lurus kearah tangan kirinya yang tertancap
jarum infus. Wajahnya tirus, dengan tubuh yang kurus kering. Masya Allah. Jika
hal itu terjadi pada saya mungkin saja saya sudah bunuh diri.*
Ironis sekali, jauh dari julukan
kota metropolitan, seperti kota Jakarta, di kota bersemi yang penduduknya
mayoritas adalah petani, sesuai data dari Dinas Kesehatan kota Kediri ditemukan
226 kasus HIV AIDS yang dimulai dari tahun 2003 s/d Agustus 2012, 60%
diantaranya adalah perempuan. Sebanyak
28 ODHA telah meninggal dunia, sedangkan 198 masih hidup dengan rincian 181
orang penderita HIV dan 17 orang penderita AIDS.
Kurangnya pemahaman masyarakat kediri
tentang HIV/AIDS mengakibatkan orang yang menderita penyakit ini sering
mendapat diskriminasi yang salah kaprah dari lingkungannya. Masyarakat hanya
mengetahui HIV/AIDS merupakan penyakit menular dan berbahaya tanpa mengetahui
bagaimana cara penularan dan penanggulangannya.
Diskriminasi Orang dengan HIV/AIDS
sampai saat ini masih banyak terjadi. Misalkan, rumah sakit yang memberikan
perawatan pasien ODHA dengan kamar tersendiri, biasanya mereka juga diminta untuk
membeli sendiri alat-alat medis yang tentu harganya jauh diatas kata mahal.
Banyak juga diantara rumah sakit itu yang
menolak memberikan perawatan pada pasien ODHA karena mereka takut
tertular penyakit ini. Bukan itu saja, masyarakat juga mengucilkan ODHA,
menganggap mereka sebagai sampah masyarakat yang tak berguna. Tanpa mereka tau,
bahwa stigma dan diskriminasi yang mereka lakukan merupakan beban penderitaan
yang lebih berat selain harus tetap tegar melawan virus yang menggerogoti
tubuhnya.
Berbagai upaya telah dilakukan
oleh para ahli. Di tahun 2006 para ahli menemukan obat dengan nama
Antiretroviral Agents (ARV) untuk mengatasi AIDS. Namun sayangnya, obat
tersebut ternyata tidak dapat menyembuhkan AIDS, hanya dapat memperlambat
reproduksi HIV pada tahap awal. sampai sekarang belum ada vaksin yang dapat
menyembuhkan atau membunuh virus tersebut secara total. Hal ini dapat membuat
penderita AIDS mengalami rasa tertekan, stress yang tinggi, keputusasaan,
bahkan keinginan untuk bunuh diri merupakan masalah yang sangat serius yang
dialami ODHA. Sikap mereka yang dari semula periang menjadi pendiam, banyak menghindari
orang lain, tidak percaya diri, bahkan banyak diantara mereka yang merasa tidak
punya harapan untuk hidup.
Salah satu solusi Pemerintah kota Kediri menghapus diskriminasi pada
ODHA yaitu menerbitkan Perwali Penangguhan dan pencegahan HIV/AIDS pada
perusahaan, tempat hiburan malam, karaoke dan hotel di Kota Kediri. Perwali No
47 Tahun 2012 ini sebagai hasil koordinasi Komisi Penangguhan HIV/AIDS Daerah
(KPAD) dengan satuan kerja terkait, di antaranya Dinas Kesehatan, Dinsosnaker,
KPP, Disbudparpora dan Bagian Hukum Kota Kediri. Selain itu, mengingat
pemahaman masyarakat kota Kediri tentang HIV/AIDS masih sangat minim diperlukan
juga sosialisasi secara rutin, serta kegiatan-kegiatan sosial lainnya.
Dengan masyarakat kota Kediri
yang berpendidikan, selayaknya kita menghentikan stigma dan diskriminasi
terhadap ODHA. Mereka adalah manusia biasa, yang masih mempunyai hak-hak
kemanusiaan seperti kita. Apakah kita mau jadi pembunuh? Karena taukah anda,
bahwa kebanyakan ODHA meninggal dunia sebelum penyakit ini mengganas ditubuhnya,
mereka meninggal karena tekanan batin yang tak bisa mereka tahan. Dan parahnya,
salah satu dari pembunuh itu adalah kita.
Dengan tulisan ini, saya
harap dapat membantu kita semua, khususnya pemerintah kota Kediri untuk membuka
mata kita lebar-lebar. Mari bukan hanya berfikir realistis, tapi juga bertindak
realistis, ulurkan tangan kita pada ODHA. jangan menjadi orang tolol yang berfikir bahwa
penyakit ini bisa menular karena penggunaan alat makan bersama, keringat,
udara, maupun penggunaan tolilet bersama. Virus ini hanya bisa menular melalui
transfusi darah, seks, dan penggunaan alat jarum suntik secara bergantian. Jangan
jadi pembunuh, save ODHA.
Keterangan : * ( cerita fiktif )
Sumber :
-
Dinas Kesehatan kota Kediri.
0 komentar:
Posting Komentar