Selasa, 27 November 2012

Peduli ODHA Kediri tanpa diskriminasi


Jangan jadi pembunuh, STOP diskriminasi ODHA Kediri!
 “Apa itu kebahagiaan? Lama sekali saya tidak merasakannya. Atau mungkin saja syaraf kebahagiaan saya sudah lumpuh.” Cerita salah seorang pasien ODHA disalah satu rumah sakit ternama di kota Kediri saat saya menjenguknya. Pandangan saya menatap lurus kearah tangan kirinya yang tertancap jarum infus. Wajahnya tirus, dengan tubuh yang kurus kering. Masya Allah. Jika hal itu terjadi pada saya mungkin saja saya sudah bunuh diri.*
Ironis sekali, jauh dari julukan kota metropolitan, seperti kota Jakarta, di kota bersemi yang penduduknya mayoritas adalah petani, sesuai data dari Dinas Kesehatan kota Kediri ditemukan 226 kasus HIV AIDS yang dimulai dari tahun 2003 s/d Agustus 2012, 60% diantaranya adalah perempuan.  Sebanyak 28 ODHA telah meninggal dunia, sedangkan 198 masih hidup dengan rincian 181 orang penderita HIV dan 17 orang penderita AIDS.
Kurangnya pemahaman masyarakat kediri tentang HIV/AIDS mengakibatkan orang yang menderita penyakit ini sering mendapat diskriminasi yang salah kaprah dari lingkungannya. Masyarakat hanya mengetahui HIV/AIDS merupakan penyakit menular dan berbahaya tanpa mengetahui bagaimana cara penularan dan penanggulangannya.
Diskriminasi Orang dengan HIV/AIDS sampai saat ini masih banyak terjadi. Misalkan, rumah sakit yang memberikan perawatan pasien ODHA dengan kamar tersendiri, biasanya mereka juga diminta untuk membeli sendiri alat-alat medis yang tentu harganya jauh diatas kata mahal. Banyak juga diantara rumah sakit itu yang  menolak memberikan perawatan pada pasien ODHA karena mereka takut tertular penyakit ini. Bukan itu saja, masyarakat juga mengucilkan ODHA, menganggap mereka sebagai sampah masyarakat yang tak berguna. Tanpa mereka tau, bahwa stigma dan diskriminasi yang mereka lakukan merupakan beban penderitaan yang lebih berat selain harus tetap tegar melawan virus yang menggerogoti tubuhnya. 
Berbagai upaya telah dilakukan oleh para ahli. Di tahun 2006 para ahli menemukan obat dengan nama Antiretroviral Agents (ARV) untuk mengatasi AIDS. Namun sayangnya, obat tersebut ternyata tidak dapat menyembuhkan AIDS, hanya dapat memperlambat reproduksi HIV pada tahap awal. sampai sekarang belum ada vaksin yang dapat menyembuhkan atau membunuh virus tersebut secara total. Hal ini dapat membuat penderita AIDS mengalami rasa tertekan, stress yang tinggi, keputusasaan, bahkan keinginan untuk bunuh diri merupakan masalah yang sangat serius yang dialami ODHA. Sikap mereka yang dari semula periang menjadi pendiam, banyak menghindari orang lain, tidak percaya diri, bahkan banyak diantara mereka yang merasa tidak punya harapan untuk hidup.
Salah satu solusi Pemerintah kota Kediri menghapus diskriminasi pada ODHA yaitu menerbitkan Perwali Penangguhan dan pencegahan HIV/AIDS pada perusahaan, tempat hiburan malam, karaoke dan hotel di Kota Kediri. Perwali No 47 Tahun 2012 ini sebagai hasil koordinasi Komisi Penangguhan HIV/AIDS Daerah (KPAD) dengan satuan kerja terkait, di antaranya Dinas Kesehatan, Dinsosnaker, KPP, Disbudparpora dan Bagian Hukum Kota Kediri. Selain itu, mengingat pemahaman masyarakat kota Kediri tentang HIV/AIDS masih sangat minim diperlukan juga sosialisasi secara rutin, serta kegiatan-kegiatan sosial lainnya.

Dengan masyarakat kota Kediri yang berpendidikan, selayaknya kita menghentikan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA. Mereka adalah manusia biasa, yang masih mempunyai hak-hak kemanusiaan seperti kita. Apakah kita mau jadi pembunuh? Karena taukah anda, bahwa kebanyakan ODHA meninggal dunia sebelum penyakit ini mengganas ditubuhnya, mereka meninggal karena tekanan batin yang tak bisa mereka tahan. Dan parahnya, salah satu dari pembunuh itu adalah kita.
Dengan tulisan ini, saya harap dapat membantu kita semua, khususnya pemerintah kota Kediri untuk membuka mata kita lebar-lebar. Mari bukan hanya berfikir realistis, tapi juga bertindak realistis, ulurkan tangan kita pada ODHA.  jangan menjadi orang tolol yang berfikir bahwa penyakit ini bisa menular karena penggunaan alat makan bersama, keringat, udara, maupun penggunaan tolilet bersama. Virus ini hanya bisa menular melalui transfusi darah, seks, dan penggunaan alat jarum suntik secara bergantian. Jangan jadi pembunuh, save ODHA.


Keterangan : * ( cerita fiktif )
Sumber :
-          Dinas Kesehatan kota Kediri.
-          www.odhaindonesia.org
-          www.google.com
-          www.pemkotkediri.org
-          www.beritajatim.com
-          www.wikipedia.com

0 komentar:

Posting Komentar

older post Home